22 Okt 2021, 181 View
Oleh Labai Korok Piaman
Penulis dilahirkan dilingkungan kaum syattariyah, orang tua sangat kental penganut ajaran kaum syattariyahnya. Sikap ini bisa dilihat dari keterlibatan orang tua disaat momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Jika masjid Nagari melaksanakan acara Maulid maka orang tua akan membuat lamang, membuat pinon kopi/idangan kue-kuean bersusun diatas piring, membuat jamba/idangan makan nasi, sambal dan lauk pauk lainnya. Tradisi ini akan dilakukan oleh orang tua Penulis sampai akhir hayatnya. Prinsip orang bersedekah dan berbagi sesama muslim saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dimasjid Nagari.
Tradisi Penulis, bersama warga Nagari kelahiran memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini dengan acara Syaraf al-Anaam atau orang awam menyebut maulid basah. Sampai hari ini masih dilakukan. Penulis bestatus Ketua Masjid Nagari selalu terlibat, istri Penulis selalu membuat pinon kopi juga dalam acara tersebut.
Perlu Penulis jelaskan tetang peringatan Maulid basah menurut orang awam Piaman tersebut, sepanjang ilmu Penulis. Secara ajaran Syattariyah Maulid dengan acara Syaraf al-Anaam diselenggarakan di Surau Kaum/Korong atau di Masjid Nagari yang mengikuti aliran Syattariyah yang dahulu pernah diajarkan oleh Syekh Burhanuddin.
Maulid Nabi dengan Syaraf al-Annam ini dikenal dengan badikia yang dilakukan oleh kaum tarekat Syattariyah yang dibawakan oleh Urang Siyak (Ahlinya). Badikia atau dikia adalah merupakan nyanyian yang menceriterakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad. SAW sampai beliau Meninggal.
Menurut warih nan diterina penganut tarekat Syattariyah di Piaman Laweh, badikia pertama kali diciptakan oleh Syaikh Burhanuddin Ulakan dalam rangka penyebaran Islam. Setelah Syaikh Burhanuddin Ulakan meninggal, tradisi itu disebarluaskan oleh para murid beliau.
Pada akhirnya tahap berikutnya, tradisi badikia berkembang luas karena murid-murid Syaikh Burhanuddin tersebar di berbagai wilayah di Minangkabau atau Nusantara (Yusriwal, 1998: 1.3).
Prosesi Maulid Syaraf al-Anaam jika dijelaskan melalui tahapan-tahapan yang panjang, awal mulanya Ninik- Mamak, Kapalo Mudo, Tokoh-tokoh dan panitia akan barundiang (Musyawarah) menjelaskan tahapan-tahapan dari acara Maulid Syaraf al-anaam ini kepada semua yang terlibat atau hadir.
Setelah dijelaskan maka Labai (orang alim yang mengurus ritual Islam di kaum/suku) akan dimintak mendudukan tuangku/ulama diposisinya, yaitu posisi puncak dibawa tirai (kain yang berendo-rendo dipasan diloteng/pas diatas kepala) adalah tuangku/ulama tuo (tertua dari gala adatnya), setelah itu diikiti baris berikutnya yang tuangku muda adat dan penutup adalah seluruh labai-labai dan urang siank (ahli badikia) lainnya.
Setelah semua tuangku/ulama, orang siak, labai duduk ditampeknya maka dilakukan tahap berikutnya adalah proses kata sambah, sambah adalah ninik mamak, akan memintak kepada tuangku tatuo untuk melaksanakan ritual acara badikia dan acara Maulid, kegiatan lainnya.
Ketika sambah tadi selesai baru lah orang siak atau tuangku melakukan prosesi badikia, yang bunyi suranya keras, merdu. Jika dihayati lantun dikia bagi yang tahu maka akan terasa diri kita berada dalam kehidupan kisah lahirnya Nabi Muhammad. SAW tersebut.
Pelaksanaan Maulid Syaraf al-Anaam ini sangat panjang waktunya yaitu dimulai dari habis sholat Isya, serta selesai besoknya bada sholat Asar. begitu juga orang yang terlibat didalamnya sangat banyak dan komplek kegiatan, diataranya adalah yang laki-laki akan mengumpulkan uang dalam bentuk sumbangan, lalu uang itu diletakan diujung dahan seperti pohon.
Apabilah dilihat sepintas lalu pohon berdaunkan uang, Jika dihitung uang yg digantung di ranting pohon tersebut bisa bernilai puluhan juta. kebiasaan nagari bahwa satu pohon dibuat merupakan representasi dari setiap daerah korong/Jorong. Jika di Masjid Nagari itu ada 4 Korong/Jorong maka jumlahnya akan ada 4 pohon uang yang merupakan sumbangan untuk acara Maulid.
Sedangkan kaum perempuan/emak-emak akan dilibatkan dalam sumbangan dalam bentuk batangan lamang (makanan panggang didalam batang bambu) dan sumbangan dalam bentuk nasi jamba (makanan yang disusun berlapis-lapis dalam satu wadah diikat kain) yang akan diberikan saat tamu/peserta Maulid makan pagi dan makan siang.
Terkadang saking besarnya antusias dari perempuan/emak-emak tadi menyumbang, maka makanan nasi jamba yang diantar kemasjid melebihi orang-orang yang memakannya. Sehingga nasi jamba tersebut dibawa pulang lagi lalu dibagi-bagikan oleh emak-emak tersebut ke tetangga yang kurang mampu.
Cerita peringatan Maulid Nabi Muhammad. SAW diatas jika dilihat disetiap Nagari akan berbeda-beda prosesi acara dan kemeriahannya, kata orang bijak Piaman "lain lubuak lain ikannya", "lain ladang lain hilalangnya". Dimana beberapa Masjid Nagari aliran Syattariyah sebelum prosesi badikia dilakukan, Panitia melakukan dahulu ceramah oleh tuangku kondang seperti Muhammadiyah. Cerama menceritakan tentang kelahir Nabi Muhammad SAW.
Selaku kaum syattariah, acara Maulid Nabi Muhammad SAW ini luar biasa antosiasnya masyarakat Nagari terlibat, ini suatu berkah bahwa Maulid Nabi Muhammad SAW mampu memperkuat silaturahim sesama ummat. [*]
0
0
0
0
0
0