Opini

10 Agt 2025, 32 View

Tambang Dikuasai Asing, Generasi Terlena, Kedaulatan Bangsa di Ujung Tanduk

Tambang Indonesia dikuasai asing.

Kenapa bisa itu terjadi?

Sebagai anak bangsa, saya jujur merasa miris dan sedih melihat kenyataan ini. Negara asing bisa mencengkeram sumber daya alam kita, sementara rakyat justru semakin jauh dari manfaatnya. Pertanyaannya, apa yang sudah dilakukan pemerintah sejauh ini?

Sejak zaman dahulu hingga hari ini, penguasaan asing atas sumber daya alam kita nyaris tak pernah lepas. Ironisnya, di tengah situasi ini, banyak anak bangsa khususnya generasi muda tampak bahagia dengan gawai di tangan. Mereka asyik nongkrong sambil bercerita tentang game online yang baru diunduh, berjudi daring, bahkan saling meminta sedekah antar teman.

Kaum imperialis memang lihai. Mereka tidak lagi menaklukkan bangsa dengan meriam dan senapan. Mereka menciptakan kondisi di mana masyarakatnya berperang sendiri. Mereka berupaya menghapus rasa cinta kebangsaan dan cinta agama dari hati generasi muda, menggantinya dengan hedonisme pandangan hidup yang menjadikan kesenangan pribadi sebagai tujuan utama.

Strategi ini juga masuk lewat pintu yang paling mudah dibuka: oknum pejabat publik yang korup. Dengan sogokan dan kepentingan pribadi, para penjajah modern bisa masuk ke negeri ini tanpa hambatan. Lebih licik lagi, mereka mengirim para orientalis orang Barat yang mempelajari Islam di Timur Tengah untuk memecah belah umat dari dalam. Tafsir dan hadis diolah sedemikian rupa untuk melahirkan sekte-sekte yang membuat sesama Muslim saling bermusuhan.

Ancaman Ini Sudah Terlihat Sejak 2004

Pada tahun 2004 lalu, saya pernah berdiskusi dengan seorang senior Opa, panggilan akrab saya kepadanya seorang pensiunan petinggi BUMN. Kami membahas kolonialisme terbaru. Bentuk penjajahan modern ini menguasai hampir semua lini strategis kehidupan bangsa: informasi, edukasi, gaya hidup, pola berpikir, sumber daya alam, teknologi, ketahanan militer, hingga kontestasi politik.

Sasaran utama mereka adalah mentalitas spiritual anak bangsa. Pola pikir diarahkan untuk mengutamakan logika tanpa hati dan rasa, serta mengganti seluruh gaya hidup dengan model yang melemahkan kemandirian dan nilai-nilai luhur.

Rakyat Ditindak, Asing Dipermudah

Lebih miris lagi, saat rakyat melakukan penambangan untuk bertahan hidup, mereka ditangkap dengan alasan tambang gelap karena tak memiliki izin. Namun, ketika rakyat mencoba mengurus izin, mekanismenya berbelit, memakan waktu, tenaga, dan biaya.

Ironisnya, lingkar penguasa dan pihak asing yang mengurus izin justru dipermudah, cukup dengan stempel manis bernama investasi.

Kebijakan seperti ini ingin kita sebut apa? Keadilan? Pembangunan? Atau pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat sendiri?

Nasib Generasi Mendatang di Persimpangan

Kekhawatiran ini bukan sekadar teori. Kita sudah melihat gejalanya: generasi muda yang lebih akrab dengan budaya konsumtif dibandingkan diskusi kebangsaan; yang hafal ratusan trik dalam permainan daring tetapi buta sejarah bangsanya; yang cepat terkoneksi secara digital namun semakin renggang dalam empati sosial.

Pertanyaannya, bagaimana nasib cucu dan kemanakan kita 10–20 tahun mendatang jika bangsa ini terus memuja materi, menghalalkan suap dalam memilih pemimpin, dan membiarkan perang pemikiran menggerogoti persatuan?

Perang Pemikiran Tidak Bisa Dihadapi dengan Diam

Penjajahan gaya baru tidak bisa dilawan hanya dengan kekuatan militer atau peraturan hukum yang kaku. Diperlukan gerakan yang membangkitkan kesadaran kolektif, membangun benteng moral dan spiritual, serta membentuk pola pikir kritis yang tetap berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa.

Jika kita gagal melakukan ini, bukan hanya kekayaan alam yang akan hilang, tetapi jati diri bangsa akan lenyap dan ketika itu terjadi, sebuah negara bisa runtuh bahkan tanpa satu pun peluru ditembakkan.

William Nursal Devarco, akrab disapa Pax Alle, adalah tokoh nasional multi sektor berdarah Minang dan Founder Jaringan Publik Indonesia.

Oleh: William Nursal Devarco | Founder Jaringan Publik Indonesia

Uploader : Adinda

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

0

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih