31 Agt 2020, 522 View
Ketika Buya Mahyeldi ditetapkan menjadi Bakal Calon Gubernur Sumatera Barat oleh PKS bermunculan opini miring atau komentar menyudutkan beliau. Opini miring itu muncul dikalangan kader Partai Keadilan Sejahtera yang pindah ke Partai Gelora sekarang.
Opini miring dan menyudutkan tersebut bisa terdapat dibeberapa tulisan para aktivis Partai Gelora maupun komentar-komentar kader Partai Gelora di group-group wa yang isinya para tokoh Sumbar. Penulis melihatnya hal tersebut biasa saja dalam kontek politik karena memang Partai Gelora dengan PKS itu berbeda. Namun kader PKS yang pindah ke Partai Gelora semuanya adalah murid atau pernah bersentuhan dengan Buya Mahyeldi.
Buya Mahyeldi maju menjadi Calon Gubernur Sumbar ditugaskan dan diperintah oleh PKS. Keputusan itupun sudah melalui Pemilu Umum Internal (PUI) semua kader se-Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dan juga melalui pertimbangan 3 kali atau beberapa kali survey yang beliau memang diminta oleh masyarakat untuk maju Cagub Sumbar.
Jika pun ada kelemahan dan kekurangan secara pribadi itu wajar, seorang Buya Mahyeldi adalah manusia biasa tidak malaikat, barang tentu memiliki kelemahan dan kekurangan., Penulis nilai itu wajar. Namun jika ada janji beliau di Kota Padang, Alhamdulillah sudah diklarifikasi secara jelas oleh petinggi PKS mantan Presiden PKS yaitu Ustad Tifatul asli rang agam.
Pernyataan bisa penulis shere disini bahwa "Ketua DPP PKS Koordinator Pilkada Sumatra Bagian Utara, Tifatul Sembiring, Minggu (9/8) di Padang, menegaskan Mahyeldi bukan meninggalkan Kota Padang, hanya cakupan tugas dan wewenangnya lebih luas. Apalagi, dalam debat itu tidak disebutkan sebagai calon gubernur Sumbar".
"Komitmen itu disampaikan bentuk keseriusan. Apalagi, dalam debat Pilkada 2018 waktu itu juga tak disebut-sebut calon gubernur oleh beliau. Dia tetap di Padang, cuma tanggung jawab yang tambah luas," Tifatul di hadapan awak media nasional dan lokal.
Lebih lanjut Mantan Menteri Kominfo RI itu menjelaskan, dalam debat Pilkada 2018 silam, Mahyeldi menjanjikan akan menyelesaikan jabatan sebagai wali kota Padang hingga 2024 tersebut, sebagai bentuk keseriusan membangun Kota Padang. Dengan demikian, persoalan tersebut tidak perlu diungkit-ungkit kembali".
Nah penjelasan tersebut cukup bisa dipahami bahwa Buya Mahyeldi tetap komitmen membangun Padang dan malah melanjutkan pembangunan Sumbar yang telah dilakukan oleh Gubernur sebelumnya yaitu kader PKS juga.
Penulis berharap kepada kader PKS yang pindah ke Partai Gelora jangan lagi berikan opini atau komentar kurang bagus buat Buya Mahyeldi setelah membaca tulisan ini. Mari sama-sama Kita ingat kenangan indah masa lalu bahwa Kita pernah bersama dan pernah menjadi murid Buya Mahyeldi.
Kader PKS walaupun pindah ke Partai Gelora, kenangan masal lalu bersama Buya Mahyeldi itu baik saat jadi aktivis mahasiswa atau aktivis dakwah sudah mengenal sosok Mahyeldi ini sebagai guru. Kita semua pertama kenal, pernah mengundang buya menjadi guru, memberikan materi pelatihan dengan tema dakwah pergerakan Islam atau mendengarkan ceramah beliau dipertemuan khusus yang tidak bisa dinilai maknanya.
Bagi kader PKS yang pindah ke Partai Gelora bahwa meyakini sosok Mahyeldi merupakan seorang guru para aktivis semua. Guru yang mengajarkan kebaikan untuk ummat, bangsa dan negara. Penulis yakin jika semua ingat masa lalu maka tidak akan ada keinginan dari kader PKS yang pindah ke Partai Gelora untuk memojokan dalam kontek politik tentang Buya Mahyeldi.
Penulis yang juga sesama kawan/sahabat/konco arek dengan kader Partai Gelora yang berasal dari kader PKS, meminta mari ingat masa lalu yg Kita pernah jadi gurunya Buya Mahyeldi, berikan kesempatan kepada Buya Mahyeldi untuk menang jadi Gubernur Sumbar dan bisa membahagiakan ummat ini.
Andaikan kader Partai Gelora yang berasal dari kader PKS merasa sudah terikat dengan kebijakan partai, maka berpandai-pandai lah. Mungkin sangat lebih baik, mendorong atau membantu merubah kembali kebijakan Partai Gelora akhirnya memilih/memenangkan Buya Mahyeldi.
Penulis : Bagindo Yohanes Wempi
0
1
0
1
1
0