Opini

23 Jan 2023, 311 View

Elit Sumbar Perlu Tiru Kota Balikpapan :Tidak Ada Baliho, Spanduk, Videotron Outdoor Pejabat

Mendarat di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Kota Balikpapan, saya menuju ke Hotel Novotel. Diperjalanan saya tidak menemukan satu pun gambar pejabat asli sana baik Anggota Dewan, Walikota, Gubernur terpampang di jalan Kota.

Atau tidak nampak baliho Bacaleg, baliho bakal calon Kepala Daerah dan gambar orang hebat lainnya disepanduk atau baliho disudut Kota. Tidak nampak pejabat jual tampang sepanjang jalan menuju hotel atau dilokasi acara Rapimnas PII Penulis. 

Selaku orang yang hobi menulis, menyampaikan ada yang ada dalam pikiran saya, saya masih tidak percaya jika tak ada gambar orang hebat atau pejabat di tengah Kota Balikpapan.Ternyata memang tidak ada,  didepan kantor Walikota juga tidak ada gambar pejabat.

Didepan Markas Pangdam juga tidak ada gambar Jenderal atau Panglima TNI disana kecuali patung Jendral Sudirman. Didepan kantor DPRD juga tidak saya temukan baliho, spanduk atau videotron outdoor Pimpinan DPRD Propinsi seperti di daerah Sumatra Barat yang berkilau dikala malam hari.

Penulis merasa heran, sebenarnya kenapa di Kota Balikpapan ini tidak ada gambar para pejabat terpampang. Sedangkan sama-sama diketahui bahwa para pejabat tersebut bisa saja masang baliho, sepanduk dalam bentu sosialisasi, membawakan pesan atau tah apalah namanya yang penting gambarnya terpampang.

Sehingga saya tidak bisa mengenali wajah Walikota Balikpapan, pimpinan DPRD dan wajah Gubernur Kalimantan Timur sampai Penulis meninggalkan acara Rapimnas PII kembali daerah asal. 

Dalam agenda Rapimnas PII, dua pejabat daerah tersebut mengundang peserta Rapimnas PII untuk makan bersama di Gubernur dan pendopo Walikota, Namun saya tidak hadir karena acaranya ada bernyanyi-nyanyi, saya memilih istirahat dihotel saja.

Sehingga acara bersama Walikota Balikpapan dan pejabatnya atau acara bersama Gubernur Kalimantan Timur dan jajaran. Penulis tidak sempat selfi atau foto-foto dengan dua Kepala Daerah dan pejabat disana. Sampai sekarang pun Penulis tidak kenal wajah kedua Kepala Daerah setempat.

Namun menurut saya, yang menarik itu adalah mengapa tidak ada gambar "ganteng/cantik" para pejabat politik atau pejabat daerah Balikpapan atau Kalimantan Timur yang terpampang di baliho, sepanduk atau media lainnya? Ini kejadian aneh diera politik sekarang.

Sedangkan di kampung Penulis (Sumatra Barat) mulai turun pesawat dan keluar bandara sudah terpampang wajah-wajah para pejabat mulai dari tingkat desa/nagari, kecamatan sampai pejabat-pejabat daerah. Tidak kalah juga bakal calon pejabat pun tidak luput memasang gambar di baliho, sepanduk dan media lainnya.

Penulis malas mengupas lebih dalam masalah ini, nanti dak berkalamaan dengan para pejabat-pejabat dan Penulis pun terkadang ikut-ikutan melakukan itu, ikut memasang gambar di spanduk, serasa merobek baju di dada. 

Namun daerah Balikpapan ini agak sepesial ditinjau dari sejarah namanya Balikpapan, apakah karena itu? Menurut cerita rakyat yang masih hidup di kalangan masyarakat, konon pada tahun 1783 di tanah Pasir sudah berlangsung sistem pemerintahan kerajaan yang teratur, rakyat hidup berkecukupan. 

Kekuasaan Raja meliputi daerah yang sangat luas sampai kebagian selatan. Daerah itu berupa sebuah teluk yang indah dan mengandung hasil bumi dengan hasil laut yang cukup besar. Masyarakat yang bermukim di sepanjang teluk hidup sebagai petani dan nelayan. 

Mereka hidup dalam suasana yang damai dan makmur. Sultan yang memerintah pada waktu itu adalah Aji Muhammad. Sebuah nama yang melambangkan kebesaran dan kesucian jiwa pemiliknya.

Aji Muhammad mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin. Setelah dewasa, Aji Tatin menikah dengan seorang bangsawan Raja Kutai. Untuk masa depannya, Aji Tatin menuntut warisan kepada ayahnya. 

Untuk masa depannya, Aji Tatin menuntut warisan kepada ayahnya. Aji Muhammad pun menyerahkan wilayah teluk, saat itu belum menjadi sebuah kota dan belum memiliki nama.

Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Aji Tatin sedang memungut upeti dari rakyat berupa papan dengan menggunakan perahu.

Ketika mereka sedang mendayung perahu menggunakan tanggar (galah) yang disebut tokong, tiba-tiba datanglah angin topan dahsyat.

Perahu Aji Tatin terbalik diterpa badai. Para pendayung berusaha membawa perahu mereka merapat ke pantai, namun tidak berdaya karena diserang topan dan gelombang ganas. 

Tidak berapa lama, perahu pun terhempas ke sebuah pulau karang. Tokong (galah) pendayung patah dan perahu yang sarat muatan papan itu karam. Itulah sejarah maka namanya Balikpapan. 

Sejarah yang menurut Penulis memiliki nilai-nilai kebudayaan. Apakah dengan sejarah seperti itu maka di Balikpapan ini tidak ada kebiasaan orang membuat sepandu atau baliho tersebut disudut Kota Balikpapan. 

Sampai baliho atau sepanduk ucapan selamat untuk kehadirian Menteri atau kehadiran peserta Rapimnas PII tidak ada dikawasan ini sampai ke IKN yang Kami kunjungi.

Penulis  : Bagindo Yohanes Wempi
Editor   : William Nursal Devarco

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

0

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih