Opini

Wakil Ketua Umum MUI., Anwar Abbas

13 Des 2021, 286 View

Cetusan Hati : Penjelasan Tentang Kekeliruan dalam Pemberitaan di Media

Wakil Ketua Umum MUI., Anwar Abbas

Ditulis Oleh : AnwarAbbas
Wakil Ketua Umum MUI

 

Saya benar-benar sangat  terkejut membaca berita yang menyatakan, bahwa saya telah diingatkan oleh pak Joko Widodo (Jokowi) agar tidak keras-keras dalam bicara dan mengkritiknya. Itu jelas tidak benar sama sekali. Yang benar adalah dalam sambutan saya dalam acara pembukaan kongres ekonomi umat ke 2 (dua) yang dihadiri oleh Presiden RI Jokowi mengatakan dalam sambutan saya, bahwa saya tadi oleh teman-teman saya kata saya kepada pak Presiden RI telah diingatkan supaya saya dalam memberikan sambutan agar jangan bicaranya terlalu keras.

Mereka menyampaikan itu kepada saya sambil tertawa. Lalu saya tanya kenapa?? Mereka tidak menjawab dan hanya tersenyum saja. Lalu saya bilang dengan mereka, anda jangan takut kata saya, pak Jokowi dan Menteri Agama itu sudah kebal dengan kritik. Artinya, kritik tersebut tidak akan menyakiti diri bapak Jokowi. Saya sampai berkesimpulan, seperti itu adalah karena saya tahu pak Jokowi itu memang orangnya terbuka dan tidak alergi terhadap  kritik.

Kesimpulan saya tersebut bukan tidak berdasar, karena nyaris dalam beberapa kali pertemuan saya dengan beliau baik atas nama MUI dan atau Muhammadiyah saya terbilang sangat sering menyampaikan kritik dan pandangan saya kepada pak Jokowi, baik itu ketika dalam pertemuan di Istana maupun ketika pak Jokowi datang ke kantor PP Muhammadiyah. Bahkan dalam salah satu pertemuan di Istana yang mengejutkan saya, bapak Mensekneg mendekati saya dan bilang, "pak Abbas, apa yang bapak sampaikan tadi telah dicatat oleh bapak (Presiden RI).

Itu menandakan, pak Jokowi bisa menerima kritik dan pandangan saya. Jadi media janganlah sampai mengira terlalu jauh dimana pak Jokowi telah mengingatkan saya untuk tidak bicara keras sebelum saya menyampaikan sambutan saya. Juga di samping itu, media janganlah sampai  mengira bahwa saya itu memusuhi pak Jokowi.

Mungkin perlu juga diketahui bahwa, saya  disamping sering menyampaikan kritik dan pandangan saya, saya juga biasa bercanda dengan pak Jokowi. Bahkan ketika saya menyambut pak Jokowi di acara Kongres Ekonomi Umat ke 2 (dua) tersebut. Saya bertanya, sehat pak Presiden kata saya sambil tersenyum. Alhamdulillah kata pak Jokowi. Tapi kok pak Presiden kelihatan kurus kata saya menggoda, memang segini-gininya dari dahulu kata pak Jokowi sambil tertawa.

Cuma yang perlu diketahui oleh media adalah tentang standing position saya dimana saya ini bukanlah pendukung pak Jokowi dan saya juga bukan orang yang menempatkan dirinya sebagai orang yang  anti dan atau opposan kepada pak Jokowi. Bagi saya, kalau pak Jokowi benar maka saya akan bela pak Jokowi meskipun saya akan di bully oleh teman-teman saya. Tapi kalau pak Jokowi menurut saya, salah ya saya tidak boleh diam dan saya sebagai warga bangsa harus mengingatkan pak Jokowi.

Saya melihat dari pengalaman saya berkali-kali bertemu dengan pak Jokowi, saya berkesimpulan bahwa pak Jokowi itu menurut saya terbuka dan siap untuk dikritik. Dan yang sangat saya saluti pada diri beliau adalah kemampuan pak Jokowi sebagai seorang pemimpin yang mau dan mampu mendengar kata-kata dari orang yang berhadapan dengannya. Itu satu hal yang sangat saya saluti pada diri pak Jokowi, karena banyak pemimpin di negeri ini yang saya lihat yang tidak mau dan tidak siap untuk mendengar kritik dan keluhan masyarakat. Karena mungkin mereka mengira mereka lebih hebat sehingga ketika kita bertamu dan menghadap jangankan mereka akan mendengarkan apa yang ingin kita sampaikan, malah mereka menceramahi tamunya.

Saya rasa mungkin orang akan banyak berbeda pendapat dan pandangannya  dengan saya tentang diri beliau tapi saya kan juga punya sikap dan pandangan tersendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman yang saya alami. Oleh karena itu, saya ketika menyampaikan kritik saya dalam sambutan tersebut juga tidak ada beban karena saya ketika berbicara di depan Presiden RI tersebut, saya tidak punya kepentingan apa-apa kecuali bagaimana caranya supaya Presiden RI bisa mendengar suara dari rakyatnya. Oleh karena itu bagi saya, kalau yang dilakukan oleh pak Jokowi itu baik, maka saya akan puji dan akan mendukungnya. Tapi kalau yang pak Jokowi lakukan dan tetapkan itu tidak baik ya saya sebagai warga bangsa tidak boleh diam dan saya harus menyatakan ketidaksetujuan saya.

Pak Jokowi saya lihat juga tidak alergi terhadap apa yang saya sampaikan dan kalau kita lihat bahasa tubuh (body language) pak Jokowi ketika tidak jadi membaca sambutan yang sudah dibuatkan untuk pak Jokowi oleh stafnya itu, jangan ditafsirkan pak Jokowi marah, malah terkesan oleh saya pak Jokowi benar-benar berterima kasih kepada saya karena pak Jokowi mendapatkan momentum yang baik untuk menjelaskan duduk persoalan yang ada tentang kritik-kritik yang saya sampaikan. Buktinya bagi saya, ketika acara selesai, pak Jokowi keluar untuk pulang.

Saya tidak ikut keluar mengantar pak Jokowi, tapi staf pak Jokowi menyusul saya ke ruangan dan menyatakan bapak (Presiden), menunggu buya. Pak Jokowi mau pamit kata staf tersebut. Saya lihat pak Jokowi sudah berdiri dekat mobil bersama dengan Menteri aagama. Lalu kita bicara lagi sebentar tentang poin-poin yang telah pak Jokowi sampaikan dan janjikan di depan kongres.

Demikian penjelasan singkat saya. Ini penting saya sampaikan, karena apa yang saya lihat dan rasakan serta alami langsung ketika ada bersama pak Jokowi tidak sama dengan apa yang saya lihat dan baca di media, apakah itu di youtube atau media sosial tulis lainnya. Kesan saya setelah melihat dan membaca media tersebut, kok kayaknya negeri ini seperti mau runtuh, padahal pak "okowi dan saya malah ketawa-tawa saja. He3x.

Thank's

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

0

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

2

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih