19 Sep 2021, 131 View
Oleh Bagindo Yohanes Wempi
Labai adalah salah seorang perangkat keagamaan yang dinobatkan Syekh Burhanuddin dahulunya sebagai pelaksana ajaran agama Islam. Ini salah satu strategi perjuangannya dalam melaksanakan ilmu agama ditengah kemenakan pada saat itu maupun sekarang.
Labai-labai tersebut ada yang diangkat oleh nagari sebagai pemimpin surau. Maupun yang dinobatkan oleh penghulu sebagai perpanjangan tangannya, namun memiliki fungsi-fungsi sama. Antara lain, menjadi pimpinan dan penentu kebijakan pada suraunya, sekaligus berusaha menghidupkan suraunya itu.
Labai adalah suluh bendang dalam nagari, gelar Labai ini hanya ada di Minangkabau dan sangat erat dengan adat yang ada di daerah itu. Secara struktural di Masayarakat Korong Kampuang, Nagari gelar Labai di berika kepada seseorang untuk mengurus masalah-masalah ke agamaan di daerah itu yang bermukim disurau.
Gelar Labai adalah salah satu gelar yag telah diadopsi dari ide Syekh Burhanuddin dalam pemantapan pengembangan agama Islam. Menurut struktur sosial adat dalam nagari, bahwa setiap penghulu pucuk memiliki seorang Labai, tetapi tidak semua penghulu bawahanya yang mempunyai gelar seperti ini.
Secara tradisi, ketentuan kepemilikan gelar Labai telah diwariskan turun temurun menuruik paruik (keturunan setali sedarah) tertentu. Gelar ini tidak bisa dipindah tangankan pengangkatan kepada paruik lain dalam suku yang sama. Kecuali habis adai dek kagilaan.
Sekarang Labai fungsinya sudah digerus oleh perkembangan globaliasi dan kecangihaan teknologi. Labai yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai lama sudah mulai tertinggalkan oleh anak kemenakan yang pulang dari pendidikan agama nan jauh disana.
Labai sekarang tidak bisa lagi menjalankan ritual secara utuh, berharap bisa bekiprah totalitas namun tidak punya daya karena kecangihaan perkembangan pendidikan dunia, akhirnya Labai ibarat mamakai kain senteang atau kain pendek disaat malam dingin.
Kain ditarik kearah kepala secara utuh akan mengakibatkan kaki terbuka, otomatis dingin terasa dibagian kaki. Jika kain ditarik kebawah, posisi bagian kaki, maka kepala, badan terbuka (singkon) dingin malam bagian kepala pun terasa.
Labai sekarang juga ibarat pinggalan pendek atau pinggalan yang tidak sampai mengambil/mengapai buah. Sudah susah payah menjatuhkan buah dengan tongkat bambu namun panjangnya tidak memadai. Sehingga buah tidak akan pernah jatuh atau didapat. Pinggalan pendek diposisi Labai sekarang.
Artinya Labai ingin memberikan pengaruh Islam dalam kehidupan bermasyarakat, Labai berkeinginan memberikan tatanan yang baik namun Labai tidak memiliki daya untuk melakukan itu karena kalah oleh kekurangan, kekuasaan yang dimilikinya.
Walaupun Labai sebagai suluh bendang dalam nagari untuk menyebarkan siar Islam disurau yang ditempati. Namun surau juga tidak boleh dilaksanakan Sholat Jumaat karena itulah kondisi budaya lama yang diterima.
Labai kain senteang, pinggalan pendek juga sudah dialami juga oleh semua Kepala Daerah yang ada sekarang. Salah satunya contoh nasib adalah Kepala Daerah ingin merobah situasi, ingin melakukan banyak hal untuk rakyat. Namun tidak bisa berbuat karena keterbatasan anggaran, keterbatasan kewenangan pada akhirnya nasibnya sama dengan Labai yang diuraikan diatas.
Kepala Daerah dalam kondisi kain senteang, pinggalan pendek pada saat ini. Sehingga tidak ada yang bisa diperbuat kecuali memaksakan situasi yang ada. Tapi jika Kepala daerahnya tidak memiliki empati pada rakyat maka dipastikan kain senteang dan pinggalan pendek tidak jadi masalah baginya terpenting pribadi aman.
Terpenting bagi mereka adalah masih bisa menikmati jabatan dengan mobil baru, baju baru, kemana-mana pakai pengawal, fasilitas gratis, bisa pencitraan, sosok memiliki kekuasaan yang seolah dipergunakan untuk rakyat namun tidak sadar nasibnya sama dengan Labai berkain senteang, pinggalan pendek.[]
0
0
0
0
0
0