1 Des 2025 - 179 View
Padang, RedaksiDaerah.com — Angka korban bencana banjir bandang di Sumatera Barat kembali menunjukkan lonjakan signifikan. Data resmi yang dirilis Kepolisian Daerah Sumatera Barat melalui Bidang Humas dan Tim DVI Indonesia mencatat, hingga hari ini jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 168 orang. Fakta ini menegaskan skala kehancuran yang jauh lebih besar daripada perkiraan awal.
Dari total korban meninggal tersebut, 137 orang telah berhasil diidentifikasi, sementara 31 lainnya masih belum terverifikasi. Tim DVI bekerja tanpa jeda, mengandalkan metode ilmiah—mulai dari pencocokan sidik jari, gigi, hingga DNA—untuk memastikan setiap jenazah dapat dipulangkan kepada keluarganya. Proses identifikasi disebut terus berlangsung karena kondisi jenazah yang banyak ditemukan dalam keadaan tidak utuh akibat derasnya arus banjir.
Situasi semakin menekan dengan jumlah 220 orang yang masih dinyatakan hilang. Aparat gabungan—Polri, TNI, Basarnas, BPBD, dan relawan—menyisir sungai, lereng perbukitan, hingga endapan lumpur tebal di titik-titik terdampak. Pencarian dilakukan dengan pola sektor, menggunakan drone thermal, anjing pelacak, dan alat berat untuk membuka akses yang tertimbun material banjir. Namun, medan yang labil membuat operasi dilakukan dengan penuh kewaspadaan.
Sementara itu, 8 orang tercatat masih dalam perawatan akibat luka serius, trauma benturan, hingga gangguan pernapasan. Fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bekerja dalam tekanan tinggi, dengan suplai obat, oksigen, dan tenaga medis yang terus ditambah untuk mengantisipasi lonjakan pasien lain yang mungkin ditemukan selama pencarian berlangsung.
Polda Sumatera Barat menegaskan bahwa data ini bersifat dinamis dan kemungkinan besar akan berubah seiring proses evakuasi dan identifikasi lanjutan. Di beberapa lokasi, tim gabungan masih harus menembus tumpukan kayu, reruntuhan bangunan, serta endapan material vulkanik yang terbawa banjir. Kondisi ini memperlambat operasi, namun Kapolda menyatakan seluruh kekuatan tetap dikerahkan tanpa kompromi.
Di lapangan, relawan menyebut sejumlah titik longsor baru berpotensi mengancam tim penyelamat. Hujan yang masih turun sporadis membuat struktur tanah tidak stabil. Beberapa operasi bahkan harus dihentikan secara tiba-tiba karena terdengar suara retakan di tebing. Meski demikian, semangat tim tidak luntur; fokus mereka satu: menyelamatkan korban yang mungkin masih bertahan dan menemukan mereka yang hilang.
Bencana ini bukan hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi luka psikologis mendalam bagi ribuan warga yang kehilangan anggota keluarga. Posko-posko pengungsian dipenuhi wajah-wajah yang menunggu kabar, baik dari tim pencari maupun dari meja identifikasi DVI. Pemerintah daerah dan kepolisian terus mengimbau warga yang merasa kehilangan anggota keluarga agar melapor dan memberikan data antemortem agar proses identifikasi berjalan lebih cepat.
Tragedi besar ini kembali menampar kesadaran publik mengenai kerentanan wilayah Sumatera Barat terhadap bencana hidrometeorologi. Dengan angka korban yang terus bertambah, pekerjaan besar menanti pemerintah dan semua pemangku kepentingan. Satu hal yang jelas: kerja keras di lapangan belum selesai, dan Sumatera Barat masih berada dalam masa kritis.
----
Reporter: Fernando Stroom
Editor: RD TE Sumbar
Sumber: Liputan/ Polda Sumbar
1
0
0
0
0
0