Redaksi Sumbar

Untuk Apakah Kita Tahu

30 Mei 2025 - 12 View

Tanah Datar,- RedaksiDaerah.com,— Rasanya tidak mungkin untuk dibantah. Setiap manusia tahu akan sesuatu. Setidaknya ia tahu tentang dunia sekitarnya. 

 

   Begitu dikatakan wartawan senior St. Syahril Amga, S.H, M.H. dalam kesempatan ngomong-ngomong dengan wartawan RedaksiDaerah.com di Tanah Datar Kamis (29-6/2025)

 

  Tahu dengan orang lain, tahu yang baik dan tahu yang buruk, tahu dengan yang jelek/buruk dan tahu dengan yang indah. Kedengarannya memang sederhana, na mun banyak juga mengandung kesulitan, jika sekiranya orang menanyakan bagai mana manusia dapat tahu. 

 

   Sumber tahu itu apa sebenarnya, tentu tidak dapat segera dijawab pertanyaan tersebut. Untuk menjawab dalam menemukan apa yang tampak itu. Sebab pada suatu ketika manusia ingin tahu terutama yang belum diketahuinya.    

  

   Menurut anggota perhimpunan advokat lndonesia (Peradi) itu, memaparkan isi hati dengan sederhana memakai bahasa. Tetapi bagaimanapun sesederhananya, segera pula melahirkan pertanyaan. Apa itu, apa ini, kenapa begini serta mengapa begitu serta kok demikian adanya. Itu pertanyaan atas ingin tahu, kata pendiri PWI Tanah Datar itu.

 

   Pertanyaan itu bisa saja dilontarkan, diantaranya karena kagum. Bisa juga karena tidak mengerti akan hal sekitarnya. Oleh sebab itu ia bertanya untuk memuaskan keinginannya. 

 

   Menurut Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM) itu. Bila seseorang merasa terpenuhi keinginan tahuannya maka untuk sementara puaslah ia. Karena yang mengelilinginya manusia banyak macam ragam pendapatnya. Se mentara keingintahuannya juga berlanjut untuk ingin tahu tersebut.

 

    Sebab bisa saja atas kekagumannya atau keingintahuan nya yang tidak habis-habisnya. Oleh sebab itu secara terus menerus bertanya. Ada yang menjawab sendiri pertanyaan itu dan ada yang tidak.

 

    Malah makin lanjut umurnya kemungkinan untuk menyelidiki lebih banyak dan lebih mendalam. Dari hasil tahunya lebih banyak dari yang baru berumur setahun jagung. Yang memuaskan itu dalam ilmu adalah tahu yang benar, itu yang sesung guhnya memuaskan. 

 

    Menurut putra Ampalu Gurun itu, tahu yang tidak benar adalah tahu yang keliru. Sementara di dunia ini tidak seorangpun yang cinta akan kekeliruan. Sebab yang keliru itu lebih buruk dari pada tidak tahu.

 

    Sebab tahu itu sering kali menjadi dasar atas suatu perbuatan dan tindakan. Justru itu tahu yang keliru jika dijadikan dasar untuk suatu perbuatan kerapkali tindakan itu keliru. Kekeliruan itu berpotensi besar menimbulkan malapetaka.

 

     Tidak obahnya bagaikan seorang dokter yang memberikan obat yang keliru terhadap pesiennya. Perbuatan itu tidak tertutup untuk menimbulkan maut. Justru itu yang sadar akan kekeliruannya maka lenyaplah kepuasannya.

 

     Maka dari itu dapat disimpulkan, bahwa ingin tahu itu hanya kebenaran. Apa kebenaran itu. Karena itu jangalah puas sebelum tahu akan kebenaran. Namun apa ke benaran yang sesungguhnya. 

 

    Dalam hal ini kita yakin bahwa kebenaran itu amat besar artinya bagi kehidupan manusia. Dari itu setiap manusia ingin tahu yang sebenar- benarnya "bebar". Karena tahu manusia itu bukanlah yang dibawanya dari sejak lahir.

 

    Sebelum ia (manusia)dapat tahu ada yang kagum dan ada yang tidak atas yang mengelilinginya. Bahkan ada yang tidak kelihatan, manusia juga ingin tahu, tidak mustahil. Sebaliknya manusia juga ingin diketahui dan harus diakui bahwa ingin tahu itu akan habis jika tidak ada lagi manusia, ungkap koordinator pusat kajian infor masi strategis (Pakis) Sumbar itu. (Fernando)

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

0

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih