Redaksi Sumut

Lurah Tigabinanga ketika dikomformasi terkait pembelian 18 ribu masker yang menjadi perbincangan ditengah masyarakat

Lurah Tiga Binanga Rosaliza Br Tarigan : Tidak Ada Mark Up Didalam Pembelian 18 Ribu Masker untuk Kelurahan Tigabinanga

15 Okt 2020 - 653 View

Lurah Tigabinanga ketika dikomformasi terkait pembelian 18 ribu masker yang menjadi perbincangan ditengah masyarakat

Karo |Sumut| - Pandemi Covid-19 yang melanda belahan Bumi menjadi keprihatinan bagi kita semua, tak pelak demi terhindar dari penularan Covid-19 Pemerintah Pusat maupun Daerah terus bekerja keras mulai dari menerapkan protokol kesehatan hingga gelontorkan bantuan kepada warga terdampak Covid-19.

Tanah Karo juga mengalami dampak dari wabah menakutkan ini dan saat ini Tanah Karo telah dinyatakan "Zona Merah" untuk kasus Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah pasien yang terkonfirmasi Covid-19.

Untuk mengantisipasi penularan virus ini, Kelurahan Tigabinanga, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara menyediakan masker sebanyak 18.000 pc guna dibagikan secara gratis kepada warganya. Dimana pembagian masker tersebut menimbulkan dugaan adanya mark up yang dilakukan oleh Lurah Tigabinanga Rosaliza Br Tarigan.

Mendengar adanya dugaan tersebut, awak media ini mencoba mengkonfirmasikan dugaan itu kepada Lurah Tigabinanga dikantornya, Selasa (13/10/20) siang.

Namun sesampainya di kantor Kelurahan Tigabinanga, Lurah tidak berada ditempat. Hanya ada seorang pegawai yang bernama Benyamin Sembiring mengatakan, Bu Lurah sedang ada urusan keluar, mungkin sore baru kembali, ujarnya.

Ditanya mengenai dugaan kejanggalan pembelian masker, Benyamin menjelaskan dana pembelian masker itu bersumber dari APBD Karo sebesar Rp.90 juta dibelikan masker sebanyak 18 ribu pcs.

Ia menerangkan, Penduduk Kelurahan Tigabinanga kurang lebih ada sebanyak 5.000 orang, namun masker yang di beli oleh Lurah kami itu sejumlah 18 ribu pcs. Masker tersebut dibagikan secara dua tahap dan  diserahkan ke Kepala Dusun, kemudian selebihnya di bagikan di simpang empat Tigabinanga dan Pasar Tigabinanga, beber Benyamin.

Sementara kembali ditanya perihal sisa masker 18 ribu pcs dilarikan kemana, Benyamin tampak binggung menjawab pertanyaan dari awak media ini.

“Kalau itu nanti tunggu bu Lurah, karena bu Lurah yang berhak menjawab itu,” ucapnya.

Karena penasaran, menunggu Lurah Tigabinanga yang tak kunjung datang ke kantornya untuk dikonfirmasi, salah satu awak media mencoba menghubungi Lurah Tigabinanga Rosaliza Br Tarigan via telepon selulernya.
  
Bukannya menjawab pertanyaan konfirmasi yang diajukan, Rosaliza malah mempertanyakan identitas para awak media dan harus ditunjukkan id card kami kepada stafnya.

Tak lama berselang Rosaliza Br Tarigan menutup teleponnya dan kembali dihubungi, namun telepon selelur miliknya tidak dapat dihubungi kembali. Mendapat perlakuan tak enak ini, awak media meminta kepada Staf Lurah agar menjemput bu Lurah kerumahnya. Karena awak media perlu kejelasan soal pembagian masker yang banyak dipertanyakan warga dan sudah menjadi perbincangan ditengah masyarakat Tigabinanga ini.

Setelah menunggu lama, akhirnya Bu Lurah mau menjumpai awak media dan mempertanyakan mengenai, mengapa sampai begitu banyak masker yang dibeli?? Anggarannya begitu besar, sedangkan jumlah jiwa di Kelurahan Tigabinanga hanya sekitar 5000 jiwa, tapi pembelian masker hingga 18.000 pcs.

Lurah Tigabinanga Rosaliza Br Tarigan menjelaskan, bahwa pembelian masker sebanyak 18.000 pcs tersebut berdasarkan hasil musyawarah perangkat Kelurahan bersama Kepala Lingkungan dan beberapa utusan warga. Untuk pembagiannya, untuk warga Tigabinanga kita serahkan kepada Kepala Lingkungan masing-masing. Dalam satu orang kita kasih 3 masker, karena tak mungkin mereka memakai hanya satu masker karena kita tidak tahu kapan Corona ini selesai.

Selain itu, lanjut Lurah, kita juga membagikan di pekan Tigabinanga dan di Simpang Empat. Dimana tempat perlintasan kendaraan dari luar daerah. Adapun harga masker seharga Rp.5.400,- (lima ribu empat ratus rupiah)/pcs karena kita beli masker kain yang bisa dicuci itu. Bukan masker biasa yang satu kali pakai dibuang, ini kita lakukan agar masyarakat Tigabinanga selalu memakai masker sesuai dengan Protokol Kesehatan.

"Jadi dari mana kita dikatakan mark up anggaran Covid-19", kata Lurah yang seakan bertanya.


-Lia Hambali-

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

0

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih