Redaksi Sumbar

Doris, pemilik home industri Sahabat Baru di Nagari Koto Tuo, Kecamatan Sungai Tarab, Tanah Datar, menunjukkan proses pengolahan kopi. Produk bubuk kopi SB sudah menembus pasar luar daerah, namun kesulitan menemukan pangsa pasar di Tanah Datar sendiri.

Kopi Sahabat Baru Koto Tuo: Kualitas Nasional, Pasar Lokal Tanah Datar Masih Sepi

1 Sep 2025 - 638 View

Doris, pemilik home industri Sahabat Baru di Nagari Koto Tuo, Kecamatan Sungai Tarab, Tanah Datar, menunjukkan proses pengolahan kopi. Produk bubuk kopi SB sudah menembus pasar luar daerah, namun kesulitan menemukan pangsa pasar di Tanah Datar sendiri.

Tanah DatarRedaksiDaerah.com — Kualitas rasa bubuk kopi produksi home industri Sahabat Baru (SB) di Kabupaten Tanah Datar dinilai tidak kalah bersaing dengan kopi-kopi ternama di tingkat nasional. Namun ironisnya, pangsa pasar lokal untuk produk ini nyaris tidak ada, sehingga produsen justru lebih banyak memasarkan ke luar daerah.

 

Perusahaan rumahan yang berdiri di Jorong Pematang Tinggi, Nagari Koto Tuo, Kecamatan Sungai Tarab, ini dipimpin oleh Doris, putra asli nagari setempat. Sejak lama ia berkomitmen melanjutkan usaha orang tuanya yang telah dirintis sejak era 1980-an.

 

Dalam operasionalnya, Doris membutuhkan bahan baku kopi mentah sekitar dua ton setiap dua minggu. Sebagian kebutuhan itu diperoleh dari petani di Kabupaten Tanah Datar, namun sisanya harus didatangkan dari Provinsi Jambi karena keterbatasan pasokan lokal.

 

Saat ditemui awak media, Doris menjelaskan dirinya sudah memiliki dua unit mesin roasting berkapasitas masing-masing 100 kilogram. Dengan dukungan peralatan itu, produksi bubuk kopi bisa berjalan stabil sekaligus menampung jasa penggilingan kopi dari masyarakat sekitar.

 

"Kualitas dan mutu adalah prioritas utama kami. Soal rasa, bubuk kopi Sahabat Baru tidak kalah dengan kopi nasional," ujar Doris penuh keyakinan. Ia menambahkan bahwa konsumen dari berbagai daerah juga sudah memberi testimoni serupa.

 

Setiap dua minggu, Doris mampu memasarkan sekitar dua ton bubuk kopi ke berbagai daerah di Sumatera Barat dan provinsi tetangga. Sayangnya, produk yang lahir di Tanah Datar ini justru belum mendapat tempat di pasar lokal kabupaten sendiri.

 

Meski menghadapi keterbatasan pemasaran di daerah asal, home industri SB berkontribusi nyata dalam penyerapan tenaga kerja. Sedikitnya 15 orang kini bekerja di perusahaan tersebut, mulai dari produksi hingga distribusi.

 

Doris tidak sendiri. Adiknya, Rengga, ikut turun tangan membantu roda usaha keluarga itu agar bisa terus berjalan dan berkembang. Kehadiran keduanya memberi harapan baru bagi warga sekitar yang kesulitan mencari pekerjaan.

 

Afrizal, salah seorang karyawan, mengaku sangat terbantu dengan adanya usaha bubuk kopi SB. "Dulu saya merantau ke Jakarta, tapi susah dapat kerja. Sekarang dengan adanya usaha Pak Doris, saya bisa kerja di kampung sendiri," ujarnya.

 

Doris menyebut kapasitas produksinya mencapai 1,8 ton per hari, terutama bila dikombinasikan dengan jasa penggilingan kopi milik masyarakat. Namun kapasitas besar itu belum sepenuhnya terdistribusi optimal karena pasar yang terbatas.

 

Ia berharap ke depan jaringan penjualan bubuk kopi SB bisa menembus pasar yang lebih luas, tidak hanya di Kabupaten Tanah Datar, tetapi juga keluar Provinsi Sumatera Barat. Saat ini, produk kopi SB paling banyak beredar di Provinsi Riau.

 

“Kami justru kesulitan menjual kopi di Tanah Datar sendiri. Besar harapan saya kepada pemerintah daerah agar membantu membuka pangsa pasar, baik di tingkat lokal maupun nasional,” tegas Doris.

 

Menurutnya, kehadiran usaha kopi rumahan ini bukan semata untuk keuntungan pribadi, melainkan bagian dari kontribusi sosial. "Saya ingin masyarakat terbantu, jangan sampai ada lagi warga nagari yang menganggur," ujarnya.

 

Di tengah kompetisi kopi nasional yang kian ketat, kisah perjuangan home industri Sahabat Baru menjadi contoh nyata bahwa kualitas produk lokal sebenarnya mampu bersaing. Hanya saja, butuh dukungan lebih luas agar produk kebanggaan nagari tidak hanya harum di luar, tetapi juga diterima di tanah sendiri.

 

---

Reporter : Fernando 

Editor : RD TE Sumbar 

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

1

Suka
dislike

0

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih