23 Jun 2020 - 567 View
Catatan : Pinto Janir (sastrawan/wartawan)
Mungkin ini sebuah tanda bahwa bumi Minangkabau yang kiramaik ini akan kembali menciptakan sejarah baru di atas gelanggang politik kita. Kalau angin sudah berkisar kencang , awan pasti terbujuk lalu maka pada saat itu langit menyingkap harapan-harapan . Mari kita Nikmati janjian angkasa nan akan menerang.
Bukankah tak ada siang terlalu lama dan tak ada pula malam terlalu panjang?
Kita insan menanti. Menanti harapan seindah mimpi-mimpi adalah kodrat manusia di atas bumi. Hidup sejati bukanlah untuk menunda kekalahan tapi adalah untuk menjemput kemenangan-kemenangan yang tertunda !
Dari kota Bukittinggi bergerbang Marapi dan Singgalang, saya seakan-akan mendengar ngiang alam yang menyampaikan kabar gadang dari mulut ngarai yang menggema-gema di atas keindahan alam yang terlukiskan dalam sejarah yang tercurah di ruang masa dan waktu.
Sedih tak boleh berlama-lama, bahagia tak boleh pula terlalu berlebih.
Kesedihan di atas nagari ini harus segera kita akhiri. Tak ada hidup yang tertib kalau pemimpinnya berlengah hati . Tak ada hidup yang kuat kalau pemimpinnya lemah sekali. Tak ada tonggak yang kokoh kalau tempat tegaknya tak terpasak kuat di bumi. Tak ada tiang yang gagah sekali bila tak berpasak pada hati.
Kita sedih kalau pemimpin kurang peduli. Kita sedih kalau pemimpin hanya sekedar hanyut. Lalu berakhir di muara sepi. Kita sedih kalau pemimpin malas berpikir, enggan berlaksana. Kita sedih pada pemimpin tanpa mimpi-mimpi!
Kita butuh pemimpin yang sangat berarti. Berarti pada kehidupan sosial. Berarti pada kehidupan ekonomi. Berarti pada kehidupan budaya. Berarti pada kehidupan beragama. Berarti pada kehidupan pariwisata.Berarti pada kehidupan pertanian. Berarti bagi laut. Berarti bagi udara.Berarti bagi hutan kita. Berarti untuk alam.Berarti untuk sejarah kehidupan kita. Lalu tercatat di dinding sejarah perjalanan bangsa. Ia menjadi prasasti untuk dikenang oleh anak cucu kita.
Kita yakin, di atas nagari berlawik sati berantau bertuah ini akan muncul pemimpin yang benar-benar dinanti dan di hati.
Sekali lagi , saya bahagia mendengar nama Faldo Maldini dan Febby Datuk Bangso yang akan segera mendeklarasikan diri sebagai salah satu pasangan bakal calon gubernur Sumatera Barat.
Mengapa saya harus bahagia? Sudah cukupkah alasan saya untuk memaklumatkan kebahagiaan alam raya di hati ini? Apakah ini hanya sekedar fatamorgana kebahagiaan di tengah harapan yang tertunda?
Tak !
Saya bahagia, karena negeri ini selalu melahirkan pemimpin-pemimpin berkelas nasional yang memulai karir politik di usia sangat muda.
Bung Hatta adalah salah satu contoh. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Ia memulai kiprah dunia politik di saat usianya 14 tahun yakni ketika ia masuk organisasi Jong Sumatranen Bond region Padang dengan jabatan sebagai bendahara pada tahun 1916. Pada tahun 1921, Hatta hijrah ke Belanda untuk melanjutkan studinya di Handels Hogeschool (sekarang namanya Universitas Erasmus Rotterdam). Ia bergabung dengan perkumpulan pelajar tanah air, Indische Vereeniging.
Pada usia 24 tahun Hatta memimpin Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Prancis. Ia mewakili himpunannya pada tahun 1926. Sejak saat itu, nama Indonesia mulai dikenal oleh berbagai organisasi internasional berkat kiprah anak muda dari ranah Minang.
Pada usia 29 tahun , Hatta undur diri sebagai ketua Perhimpunan Indonesia karena ingin menyelesaikan studinya.
Pada usia 43 tahun, Bung Hatta bersama-sama dengan Bung Karno memaklumatkan proklami kemerdekaan Republik Indonesia.
Mari kita bernostalgia menyebut nama anak muda Minangkabau yang memulai karir politik di usia sangat muda, bukan di usia di atas 50,60 apalagi 70 tahun.
Ada Muhammad Yamin. Ada Tan Malaka. Ada H Aguss Salim. Ada Natsir. Ada Syahrir.
Banyak anak muda Minangkabau yang mengukir nama di usia muda, baik di dunia politik maupun di dunia sastra atau jurnalistik. Misalnya saja, Chairil Anwar, Adi Negoro Marah Roesli atau AA Navis.
Kita memiliki berlapis-lapis narasi sosok yang sangat membanggakan di ruang waktu terdahulu. Kebanggaan adalah spirit. Ia harus dipelihara. Lenyap kebanggaan lenyap rasa cinta. Kita butuh kebanggaan-kebanggaan itu kembali diciptakan dan dilahirkan demi kejayaan Minangkabau terkini dan pembangunan Sumatera Barat untuk lebih cepat di masa yang bergulir ligat.
Faldo dan Febby adalah dua sosok anak muda Minangkabau yang memulai karir politik dalam usia yang sangat muda.
Saya bahagia mendengar dua nama ini bukan karena dua nama anak muda ini orang yang saya kenal. Bukan karena Faldo adalah adik kelas saya di SMA 3 Padang. Bukan karena Febby sudah seperti dunsanak bagi saya. Bukan karena itu, sanak.
Faldo namanya berkibar-kibar di panggung politik nasional sejak Pilpres yang baru lalu. Ia jago berpikir. Santiang berdiplomasi bahasa. Agak lumayan juga kepandaian menulisnya. Pikirannya jelas, bahasanya terang. Kalau kemudian Faldo berpindah dari PAN ke PSI, bagi saya bukanlah sebuah ‘dosa politik’.
Hijrah politik adalah biasa, mungkin saja ia melihat ada “jihad” yang lebih berpeluang besar di ruang baru. Tiap kita berhak menentukan ruang. Itu pertanda kita berpikir. Faldo mungkin berpikir bahwa PSI adalah ruang bagi harapan dan mimpi-mimpi barunya untuk sebuah kemajuan demi pelaksanaan pikiran-pikiran terbarukan !
Febby. Lafaskanlah nama itu dalam hati yang bersih dan pikiran yang jernih.
Febby seorang ninik mamak yang tak sudi melihat rumah gadang pikiran Minangkabau runtuh. Ia sangat paham dengan gerakan lestari tradisi. Tradisi melahirkan adat. Adat adalah identitas kita sebagai orang Minangkabau. Febby tak sudi bila adat lekang oleh panas dan lapuk oleh hujan. Makanya, setiap pergerakannnya, muaranya adalah lestari tradisi dan budaya di ruang keindahan alam panorama kita.
Febby dan Faldo sama-sama memulai karir politik dengan usia yang sangat muda. Bahkan, Febby tercatat sebagai ketua partai politik termuda untuk kelas propinsi atau wilayah. Ia adalah ketua DPW PKB Sumatera Barat yang telah memasuki kepemimpinan dua periode.
Febby dan Faldo sama-sama punya pikiran, mimpi dan harapan. Mereka dua sosok anak muda yang sangat gigih sekali memperjuangkan pikiran-pikiran kebajikan.
Semasa tahun pertama Febby menjadi Ketua DPW PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), nyaris tak popular di kalangan masyarakat Minangkabau. Raihan kursi DPRD-nya di kabupaten dan kota di Sumbar sangat minim. Di tangan Febby, raihan kursi PKB di kota/kabupaten, bahkan di DPRD Sumbar, berlipat-lipat. Belum pernah ada dalam sejarah politik PKB di Sumbar, raihan kursi DPRDnya di propinsi hingga 3 kursi dan PKB muncul jadi partai yang diperhitungkan di ranah bundo kanduang. Kursi DPRD PKB di kota dan kabupaten nyaris menyebar rata di berbagai daerah.
Febby berhasil membawa PKB menjadi partai kebanggaan orang Minangkabau dengan gerakan lestari adat dan budaya serta berpihak pada pembangunan nagari, wisata dan dunia pendidikan, sastra dan pertanian kita.
Febby sosok gigih. Spiritnya bergelora berkekuatan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Ia pemimpin yang menciptakan kader.
Tampaknya Febby lebih mengutamakan keberhasilan partainya dengan membangun berbagai ruang kemanfaatan ketimbang membangun ruang keberhasilan diri secara pribadi. Gerakan dirinya gerakan untuk orang banyak. Gerakan untuk mengenalkan PKB di “bumiku Minangkabau-langitku Indonesia”.
Untuk mengenalkan PKB di hati masyarakat Sumatera Barat, Febby total ‘action’ bergerak mengibarkan spirit kebangsaan dalam nasionalisme yang gagah. Ia maju sebagai caleg DPR RI dari dapil Sumbar 2 pada pileg periode silam. Keberhasilan personal tak menjadi ukuran bagi Febby, ia memang belum berhasil menjadi anggota DPR RI, tapi ia berhasil membangun partai dan merebut kepercayaan publik Sumatera Barat pada partai ini.
Febby berhasil menumbuhkan kepercayaan diri kepada kadernya. Dengan raihan satu kursi DPRD di kota Bukittinggi, Febby membuat mata publik ternganga, karena ia tercatat sebagai salah seorang calon walikota Bukittinggi. Tampaknya capaian Febby Datuk Bangso bukan untuk meraih kemenangan personal, namun untuk mengibarkan bendera PKB di hati masyarakat Sumatera Barat.
Ingat pembangunan nagari dan kesurauan, mengingatkan kita pada Febby dan PKB.
Kini PKB tak bisa lagi diremehkan di pentas politik kelas propinsi Sumatera Barat.
Berkat pikiran dan kegigihan Febby, PKB makin ,menguat di bumi lawik sati rantau bertuah ini.
Febby seorang ninik mamak. Ia datuk. Pengalaman berpolitiknya sudah teruji. Pikiran-pikirannya membangun ranah Minang tak perlu lagi diragukan. Ia getol dalam spirit “politik gagasan”. Gagasannya berlapis-lapis untuk membangun Sumatera Barat lebih cepat, lebih padat,lebih kuat, lebih bersemangat dan lebih “menyengat”.
Faldo Febby adalah simbol ‘fast force’ (kekuatan cepat)—fast forwart (maju cepat) dan ‘face forwart’ (menghadap atau melangkah ke depan) untuk Sumatera Barat dalam spirit dan pikiran baru.
Faldo Febby sepantun dengan janjian angkasa nan akan mengirimkan cahaya terang di bumi ranah Minang.
Dua anak muda ini ibarat perpaduan cendikiawan dengan budayawan. Mereka bagaikan sepasang mamak dan kemenakan yang siap menjaga marwah ranah Minang dengan segala program cepat,tepat,kuat dan merakyat.
Saya mendengar, Faldo dan Febby akan segera mendeklarasikan diri di bawah spirit terbaru untuk kejayaan Minangkabau di atas bumi.
Lalu, apakah mereka akan sampai di jenjang pasangan calon gubernur Sumatera Barat?
Saya yakin, Faldo dengan PSI-nya dan PSI dengan Jeffrie Geovani-nya---anak muda Minangkabau pendiri PSI—serta Febby dengan 3 kursi PKB di DPRD Sumatera Barat akan bergerak total untuk melakukan pendekatan kepartaian.
Selamat maju Faldo dan Febby. Selamat mendeklarasikan diri.
Semoga menjadi sepasang sayap yang saling menguatkan untuak menggunggung Sumatera Barat di angkasa pembangunan nagari yang dinanti-nanti.
Faldo dan Febby symbol kebangkitan pikiran anak muda untuk kejayaan Minangkabau nan membumi.
Suluh sudah di tangan. Apa juga lagi? Tujuan sudah jelas. Jalan sudah tampak. Cepatlah bergegas. Tak ada yang tak mungkin di atas dunia ini kalau Tuhan berkehendak.
Semoga Allah swt meridhoi langkah kebajikan Faldo dan Febby untuk Minangkabau yang selalu ada di hati !
Bukittinggi; 23/06/2020/16.33
Pinto Janir /sastrawan
0
0
0
0
0
0