Redaksi Sawahlunto

Prof. Anthony, Ketua Dewan Pakar PBH Lidik Krimsus RI dan RM Suwondo Ketua Dewan Pendiri Insan Pers Jawa Tengah (IPJT).

Prof. Anthony, ''Swasembada Beras Nasional Kita Harus Menjadi Tanggung Jawab Bersama''

2 Mar 2020 - 1496 View

Prof. Anthony, Ketua Dewan Pakar PBH Lidik Krimsus RI dan RM Suwondo Ketua Dewan Pendiri Insan Pers Jawa Tengah (IPJT).

Semarang, RedaksiDaerah.com

Professor Anthony mengungkapkan bahwa ketahanan pangan Indonesia saat ini penting menjadi perhatian seluruh komponen bangsa termasuk Insan Pers sebab Anthony berpendapat bahwa jika semua komponen bangsa itu memiliki peranan masaing-masing yang saling menunjang satu sama lainnya.

Hal itu disampaikan Anthony kepada sejumlah wartawan yang tergabung dalam Insan Pers Jawa Tengah (IPJT) saat menghadiri HUT SKU Berita Patroli yang dilaksanakan pada Sabtu (29/02/2020) kemarin, bertempat di kantor DPK Lidik Krimsus RI Kabupaten Semarang.

"Berdasrkan pemberitaan Harian Pikiran Rakyat tertanggal 4 Desember 2019 yang saya baca, Menteri Pertanian mengatakan bahwa saat itu cadangan beras Nasional cuma 4,776 juta ton. Maka saya berestimasi, jika konsumsi beras Nasional adalah 78.000 ton per hari, maka itu hanya mampu bertahan untuk 61 hari maksimum, sementara kondisi sawah kita saat ini hanya mampu memproduksi 3 sampai 3 setengah ton per panen per hektar beras," ucap Anthony menjawab pertanyaan wartawan yang menyasar pada kesediaan cadangan beras Nasional yang ada saat ini.

Anthony dalam kesempatan tersebut mengemukakan bahwa melalui Lidik Krimsus RI akan dilakukan perbaikan pola tanam dengan metode pertanian organik yang benar agar menaikkan produksi pertanian dengan pembiayaan yang sama tanpa harus membuka lahan baru, sebab kata dia pembukaan lahan baru hanya akan merusak ekosistem di alam semesta dan mengakibatkan bencana bagi rakyat.

"Kita mampu meningkatkan itu (produksi beras, Red) menjadi 9 ton per hektar per panen beras dengan cara memperbaiki metedologi pertanian, ya, dengan menggunakan system off rice intensification atau intensifikasi tanaman padi. Kita tidak akan melakukan ekstensifikasi atau dengan cara membuka hutan untuk mencetak lahan sawah baru karena itu akan membahayakan ekosistem, akan mendatangkan bencana berupa banjir bandang dan tanah longsor."

"Tapi kita akan memperbaiki dengan tekhnologi dan juga akan mencukupkan nutrisi organik untuk padi, sehingga padi yang dihasilkan adalah padi yang sehat untuk dikonsumsi dan diserap oleh tubuh manusia. Kita menggunakan pupuk-pupuk kimia, sebab di satu sisi kita menaikkan produksi padi, tetapi di sisi yang lain kita juga wajib menjaga lingkungan alam semesta kita," terang Anthony menyimpulkan program kerja Lidik Krimsus RI yang siap dilaksanakan di Jawa Tengah yang telah ditetapkan pihaknya sebagai sentral percontohan program Swasembada Beras Nasional oleh Lidik Krimsus RI.

Anthony juga mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap regenerasi petani di Indonesia sebab menurutnya saat ini rata-rata usia petani aktif sudah tergolong berusia tua, "Regenerasi para petani kita itu menjadi salah satu hal yang ironi karena apa? Saat ini para petani kita rata-rata berusia di atas 50 tahun. Artinya, sudah memasuki usia-usia tua. Dan sayangnya para pemuda kita di pedesaan lebih cenderung untuk pergi ke kota mencari peruntungan untuk bekerja di sektor-sektor industri atau di pabrik-pabrik."

"Tetapi dengan adanya perekonomian dunia yang lemah, kesempatan lapangan kerja pun menjadi semakin sedikit. Nah, dengan kita mampu menaikkan produksi beras kita per hektar menjadi rata-rata 9 ton beras per hektar per panen, tentunya itu akan meningkatkan pendapatan petani secara keseluruhan sehingga menjadi daya otarik tersendiri bagi kaum muda untuk kembali ke kampung halamannya masing-masing, untuk kembali bertani karena bertani tidak menjadikan kita miskin, tetapi akan menjadikan kita sejahtera," papar Anthony optimis.

Ketika disasar pertanyaan terkait potensi keberhasilan jika program kerja tersebut diimplementasikan dari desa, Anthony bertutur bahwa apabila setiap desa memiliki 100 hektar lahan, maka akan sangat berpotensi mewujudkan Swasembada Beras Indonesia.

"Jika sekiranya setiap desa memiliki rata-rata 100 hektar saja hamparan, itu dapat kita jadikan lumbung beras Nasional. Bayangkan ada sekitar 74.000 desa di seluruh Indonesia. Jika 70 persennya adalah pedesaan, yang punya hamparan tanah rata-rata 100 hektar maka kita bisa memproduksi beras itu untuk cadangan beras minimum 3 bulan."

"Jadi jika saat ini belum ada perubahan sesuai penyampaian pak Menteri Pertanian itu, yakni hanya untuk 61 hari estimasinya, setidak-tidaknya kita bisa buat (produksi beras, Red) 3 bulan sampai 4 bulan," lanjut Anthony.

Dikatakannya juga bahwa Swasembada Beras Nasional itu penting dilakukan karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai tindakan antisipatif apabila terjadi sesuatu yang sewaktu-waktu dapat terjadi di dunia, yang dicontohkan Anthony dengan perang, maka disebutkannya bahwa menyediakan cadangan beras Nasional itu wajib dilakukan sebab kebutuhan beras dalam waktu-waktu tersebut akan menjadi lebih banyak mengingat penduduk Indoensia yang mencapai 260an juta jiwa.

"Jika sesuatu terjadi di dunia ini, contohgnya perang, maka kita (Indonesia, Red) tidak akan mampu melalui situasi perang, karena perang tentunya akan menguras banyak energi dan juga membutuhkan banyak pangan. Dalam situasi normal saja kita membutuhkan 78.000 ton beras per hari. Jika terjadi perang, maka itu akan menjadi 2 kali lipat,"  ujar Anthony menerangkan akan pentingnya memperjuangkan ketahanan pangan Nasional yang menurutnya harus dimulai dari swasembada beras Nasional.

Dalam menjawab pertanyaan wartawan, diakhir keterangannya Anthony mengatakan bahwa program yang akan dilaksanakan pihak Lidik Krimsus RI itu tidak akan merugikan petani tetapi sebaliknya akan sangat menguntungkan petani.

"Oh tidak sama sekali (merugikan petani, Red) karena dengan biaya produksi yang sama, kita mampu menaikkan produksi beras petani per hektar 2 kali lipatnya, dan mungkin lebih. Saya katakan mungkin karena selama ini petani kita sudah banyak menggunakan pupuk urea yang hanya merusak hara dan mikro tanah. Jadi inilah yang akan diperbaiki untuk memproduksi padi organik bagi masyarakat indonesia," pungkas Anthony.

Dalam kesempatan yang sama, RM Suwondo selaku Ketua Dewan Pendiri IPJT mengimbau kepada seluruh wartawan yang tergabung dalam Sekber IPJT agar dapat berinteraksi langsung dengan pihak Lidik Krimsus RI di lapangan, untuk pterlibat langsung dalam program Lidik Krimsus RI guna bergandeng tangan membangun ekonomi kerakyatan didalam kebersamaan sesuai tupoksi masing-masing yang bisa disumbangkan bagi bangsa.

"Saya mengimbau dan mengajak seluruh teman-teman wartawan agar mengikut sertakan diri masing-masing untuk berinteraksi langsung dalam program ini, sebagai media pendukung yang siap menjadi corong informasi publik dalam mengkampanyekan program kerja yang digagas rekan-rekan Lidik Krimsus RI ini," tandas Suwondo.

Ditambahkan Suwondo bahwa selama ini Insan Pers dalam menjalankan tugas jurnalistik belum sepenuhnya mendapatkan hak-hak mereka sesuai ketentuan Undang-undang, sehingga Suwondo berharap agar dapat terjadi perpaduan sinergitas kerja yang kedepannya akan mampu menjawab tuntutan regulasi dalam hal pemenuhan hak-hak wartawan tersebut.

"Saya berharap agar program ini bisa menjadi awal yang baik untuk disikapi bersama. Semoga bisa terjalin kerja sama yang kedepannya akan bermuara pada kemaslahatan bersama, sebab saya kira selama ini hak-hak rekan-rekan wartawan juga belum sepenuhnya terjawab sesuai ketentuan regulasi. Artinya, dari kerja sama ini nanti akan terjadi mutualisme berimbang antara para pihak karena di sampin program Pertanian Lidik Krimsus iRI, ada juga Renstra yang sempat diutarakan Sekjen Lidik Krimsus RI tadi (Sabtu, 29/02/2020 kemarin, Red) kiranya berpotensi menjawab amanat regulasi dalam hal pemenuhan hak-hak insan Pers," tutup Suwondo.

Apa yang anda rasakan setelah membacanya...?

love

5

Suka
dislike

1

Kecewa
wow

0

Wow
funny

0

Lucu
angry

0

Marah
sad

0

Sedih